Selamat datang di blog Sekolah Dasar Negeri 029 Balikpapan Utara

Selamat datang di blog Sekolah Dasar Negeri 029 Balikpapan Utara

Sabtu, 03 Desember 2016

Ayo belajarlah

Dalam waktu dekat ini,  anak-anak sekolah sudah dapat dipastikan sibuk dengan persiapan menghadapi ulangan akhir semester. Sebagai orang tua, tentunya kita juga menginginkan mereka memperoleh hasil yang terbaik dan membanggakan.
Namun kadangkala keterlibatan orang tua dalam mempersiapkan anak menghadapi ujian juga berujung "perang" ( kayak mahabharata saja ya? hehe.. ). Pertengkaran kecil biasa terjadi karena perbedaan cara pandang antara orang tua dengan anak. Orang tua lebih senang anak harus begini..harus begitu.. tanpa mau memahami sebenarnya anak memiliki gaya belajar sendiri. Namun kadangkala anak memang bawaannya sudah malas sehingga memaksa orang tua untuk campur tangan supaya mereka mau belajar. Saya tidak akan membahas masalah "perang" ini.. hehe.., namun saya akan memberikan 10 tips belajar efektif menghadapi ulangan akhir semester yang saya rangkum dari beberapa sumber, paling tidak bisa dijadikan acuan.

Berikut 10 tips belajar efektif menghadapi ulangan akhir semester, yakni :

1. Menciptakan suasana belajar yang nyaman.
Banyak hal yang bisa dilakukan dengan suasana belajar yang nyaman. Sambil mendengarkan musik atau tempat belajar yang sesuai dengan "mood" anak. Di kamar, ruang keluarga atau teras rumah dan sebagainya. Sebagai orang tua kita harus memahami bahwa anak memiliki gaya belajar sendiri-sendiri, kita dukung saja. Hanya sesekali kita melakukan kontrol, supaya suasana belajar yang diciptakan anak jangan sampai mengganggu konsentrasi belajar si anak sendiri.

2. Memilih waktu yang tepat.
Memang tidak semua anak memiliki waktu belajar yang sama, namun biasanya waktu yang tepat untuk menguasai materi pelajaran adalah malam hari dan pagi hari. Malam hari digunakan untuk membaca, menghapal dan memahami materi, sedangkan pagi hari, pada saat tubuh anak lebih fresh bisa dimanfaatkan untuk mengulang materi kembali.

3. Mencatat pokok-pokok materi pelajaran.
Menghapal sekian banyak materi pelajaran tidaklah mudah, apalagi gaya belajar si anak terbiasa dengan SKS atau sistem kebut semalam. Mengambil intisari atau rangkuman setiap pelajaran yang sudah dibaca akan mempermudah kemampuan daya ingat akan materi pelajaran.

4. Banyak-banyak membaca.
Membaca adalah kunci belajar, paling tidak, membaca materi pelajaran 2 kali dalam sehari akan menambah daya ingat. Jika hal ini bisa dilakukan, maka otak akan lebih mudah menyimpan materi dalam waktu lama dan anak tidak gampang lupa.

5. Memahami materi, tidak sekedar menghapal.
Salah satu kesalahan dalam gaya belajar adalah sekedar menghapal. Menghapal memang penting, namun memahami materi jauh lebih penting. Anak boleh jadi memiliki kemampuan menghapal 100% detail pelajaran, namun usahakan agar anak mengerti dan memahami maksud dari materi pelajaran tersebut. Hapal dengan materi pelajaran tidak dijamin ingat dalam waktu lama, namun mengerti dan memahami materi, tidak akan mudah lupa.

6. Menghapal dan memahami kata-kata kunci.
Ajarkan pada si anak untuk membuat kata-kata kunci supaya lebih mudah diingat memori otak saat belajar dan dibutuhkan dalam menjawab soal-soal ujian.

7. Berlatih dengan menjawab soal.
Pada setiap akhir bab pelajaran, biasanya ada soal-soal latihan. Ajarkan si anak untuk mencoba berlatih dengan menjawab soal-soal tersebut sebagai tolok ukur kemampuan belajar anak dalam penguasaan materi yang sudah dipelajari.

8. Istirahat cukup.
Belajar boleh giat dan rajin, namun jangan lupakan untuk istirahat, karena setiap jeda akan digunakan untuk melemaskan tubuh dan pikiran. Dengan beristirahat, maka tubuh dan pikiran akan menjadi lebih segar.

9. Siapkan mental.
Banyak kejadian bahwa pada saat mendekati ujian, si anak sudah terbebani dengan berbagai macam pikiran. Takut tidak bisa mengerjakan, nilai jelek, dimarahi orang tua dan sebagainya sehingga mengurangi kesiapan anak dalam menghadapi ujian. Orang tua harus menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan memberikan pengertian dan motivasi. Ujian adalah hal biasa, atau seperti ulangan-ulangan harian saja, ajarkan pada anak untuk selalu optimis.

10. Jaga kesehatan anak.
Hal yang tidak kalah penting disiapkan adalah menjaga tubuh supaya tetap sehat. Seperti kata pepatah, "Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat". Proses belajar untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian akan menguras begitu banyak energi anak, maka berilah anak asupan-asupan bergizi, susu, vitamin dan lain-lain sehingga tubuh tetap sehat dan bugar

Jumat, 02 Desember 2016

PEMBUATAN PUPUK BOKASHI " dari alam untuk alam"

 pembuatan pupuk bokashi oleh bapak Dr. Surata, M.Pd




 melibatkan wali murid dalam proses pembuatannya


foto bersama pengawas 

Bokashi dipopulerkan pertamakali di Jepang sebagai pupuk organik yang bisa dibuat dengan cepat dan efektif. Terminologi bokashi diambil dari istilah bahasa Jepang yang artinya perubahan secara bertahap. Sedangkan EM4 merupakan jenis mikroorganisme dekomposer untuk membuat pupuk bokashi. EM4 dipopulerkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Jepang

http://alamtani.com/cara-membuat-pupuk-bokashi.html

Rabu, 25 Mei 2016

INI BUKAN SEBUAH AKHIR

Karya Feriansyah
Disampaikan dalam acara syukuran pelepasan siswa kelas VI Tahun Ajaran 2015- 2016

Ini bukan sebuah akhir
Dinamika kehidupan selalu diwarnai
Semua tidak harus merah
Semua tidak  harus putih
Kadang abu abu
Gunakan akalmu

            Ini bukan sebuah akhir
            Tiap tiap generasi mengalami metamorfosa kehidupannya
            Ilmu selalu berkembang mengikuti zaman
            Arus globalisasi kian deras menerjang, mengahantam  apapun yang ada dihadapannya

Ini bukan sebuah akhir
Teruslah  berjalan dan menjauh
Ilmu ada dinegeri jauh
Berpisah bukan berarti putus

            Ini bukan sebuah akhir
            Kita baru saja memulai
            Pergilah...pergilah..
            Jangan kembali pulang sebelum kau menang

Ini bukan sebuah akhir
Bacalah sajak-sajak kehidupan sebagai bekalmu
Dekatlah dengan orang-orang saleh
Renungkan,,, duplikasikan,,,,modifikasi dan lakukan

            Ini bukan sebuah akhir
            Ini awal prestasi
Awal berkarya
Awal momentum untuk menjadi insan kamil
Yaa momentum menjadi seorang Muslim, cendikia dan pemimpin....






Senin, 02 Mei 2016

FUNGSI ALTERNATIF TANPA MENGGUNAKAN MOUSE

Untuk menggunakan atau menjalankan fungsi Alternatif  ini terlebih dahulu kita harus mengetahui bahwa program Office Baik Ms.Word maupun Excel setiap menunya ada Huruf yang di garis bawahi contoh :
Jadi fungsi yang harus digunakan sebelum membuka program office baik word maupun excel sebagai berikut :
1. Bukalah tombol Start dengan menekan Tombol (Gambar)           Pada Keyboard.
2. Setelah muncul  All Program Carilah Microsof Office dengan menggunakan Panah Kiri,Kanan,Atas, Bawah untuk mencari icon / lambang Word atau Excel, kemudian tekan enter/Oke.
3. Setelah Program terbuka coba anda perhatikan bahwa program Office Baik Ms.Word maupun Excel setiap menunya ada Huruf yang di garis bawahi contoh :


4. Jadi untuk membuka salah satu menu diatas kita harus menekan (ditahan) tombol Alt lalu menekan menu /huruf yang digaris bawahi contoh Tekan : Alt + F utnuk membuka file, kemudian untuk menggerakkan kebawah, kekiri, kanan dan atas kita dapat menggunakan Tombol Panah yang berada disebelah Tombol Ctrl

Setelah melakukan pengetikan dokumen atau surat untuk melakukan pencetakan data langkah-lantgkahnya :
1. Pencetakan Data
Pencetakan seluruh data
1. Tekanlah Ctrl P
2. "Tekan enter apabila ingin semua data di cetak
2. Pencetakan Sebagian Data
1. Teknn Ctrl P
2. Tekanlah Shift Tab atau Alt G
3. Tentukan halaman yang akan dicetak
4. Tekan enter
3. Banyaknya Copy Cetak
1. Tekan Ctrl P
2. Tekan angka banyaknya copy cetak atau penggandaan hasil ketikan
3. Tekan enter. ( kalau ingin seba.gian lakukan sep(;rti di atas )

4. Pencetakan Data Pada Halaman - Halaman Tertentu Saja
1. Tekan Ctrl P
2. Tekanlah Shift Tab atau Alt G
3. Isi halaman tertentu misalnya 1,5,7,10
    ( halaman yang di cetak adalah halaman 1, 5 , 7 dan halaman 10 )

5. Atau cara pengisian halaman :1 - 10 ( berarti halaman yang di cetak adalah halaman 1 sampai dengan halaman 10 )

6. Kalau sudah pengisian nomor halaman yang akan di cetak tekanlah enter Pencetakan data pada halaman yang nampak di monitor atau sesuai dengan tempat kursor adalah :
1. Tekan Ctrl P
2. Tekan Alt E
3. Tekan enter.

Sabtu, 02 April 2016

Sesungguhnya

Sebenarnya hati ini cinta kepada Mu
Sebenarnya diri ini rindu kepada Mu
Tapi aku tidak mengerti
Mengapa cinta masih tak hadir
Tapi aku tidak mengerti
Mengapa rindu belum berbunga
                      Sesungguhnya walau kukutip
                     Semua permata di dasar lautan
                     Sesungguhnya walau kusiram
                     Dengan air hujan dari tujuh langit Mu
                     Namun cinta takkan hadir
                     Namun rindu takkan ber bunga
 Kucuba menghulurkan
Sebuah hadiah kepada Mu
Tapi mungkin kerana isinya
Tidak sempurna tiada seri
                      Kucuba menyiramnya
                     Agar tumbuh dan berbunga
                     Tapi mungkin kerana airnya
                     Tidak sesegar telaga kauthar
 Sesungguhnya walau kukutip
Semua permata di dasar lautan
Sesungguhnya walau kusiram
Dengan air hujan dari tujuh langit Mu
Namun cinta takkan hadir
Namun rindu takakan berbunga
Jika tidak mengharap rahmat Mu
Jika tidak menagih simpati
Pada Mu ya Allah
                     Tuhan hadiahkanlah kasih Mu kepadaku
                    Tuhan kurniakanlah rinduku kepada Mu
                    Moga kutahu
                    Syukurku hanyalah milik Mu


Minggu, 20 Maret 2016

RTH SEBAGAI TEMPAT PEMBELAJARAN SISWA

Description: IMG_3677.ccc.jpg








RTH  adalah singkatan dari RUANG TERBUKA HIJAU. Nama ini belum banyak dikenal orang. RTH ini muncul dari gagasan seorang pengawas TK/SD yang juga sebagai dosen yang bernama DR. SURATA, M.Pd. Beliau tinggal di Teritip Balikpapan Timur. Bapak Surata memiliki semangat dan tanggung jawab yang tinggi, beliau juga cukup disiplin. Daerah kepengawasan beliau adalah di Balikpapan Utara yang walaupun tempat tinggal beliau adalah di Balikpapan Timur Tetapi tidaklah menjadi penghalang untuk melaksanakan tugas-tugas di Balikpapan Utara. Penulis menyaksikan ketika ada jadwal untuk supervisi di sekolah tempat penulis bertugas beliau hadir lebih awal jauh sebelum bel tanda masuk berbunyi,  Bapak Surata berdiri di dekat pintu masuk sekolah dan menyalami murid-murid yang datang kesekolah. Penulis sempat tersipu malu-malu ketika penulis datang dan di dahului oleh beliau padahal penulis datang tidak terlambat. Bukan hanya itu, pernah juga melaksanakan tugas dalam keadaan hujan deras dengan menggunakan mantel tetapi tetap hadir tepat waktu,bahkan sepatu yang dipakai penuh air sampai kaoskaki  yang dipakai dibuka dan diperas. Begitu semangatnya untuk hadir di tempat tugas dan tidak mau terlambat sehingga kadang-kadang hanya menggunakan kendaraan beroda dua dengan alasan bila menggunakan kendaraan beroda empat maka bisa terlambat sampai di tempat tugas.
Bapak Surata adalah seorang pejabat pemerintah yang memilik gagasan-gagasan yang cukup cemerlang di bidang pendidikan termasuk menggagas sebuah tempat belajar siswa di ruang terbuka  di sekolah yang memiliki tanah yang luas untuk bisa ditanami pohon-pohon di sekitar sekolah yang nantinya bisa ditempati murid-murid bebas belajar di bawah pohon-pohon yang rindang dan menghirup udara segar. Pohon-pohon yang di tanam di RTH ini bukan pohon yang pada umumnya tetapi adalah pohon-pohon yang langkah yang tidak banyak dikenal di khalayak ramai seperti : Matoa, bangkirai, ulin , kamper, kapur … padahal pohon-pohon ini adalah hasil hutan pulau Kalimantan. RTH yang pertama kali ada di bukit Pringgong Dani ini milik pak Surata yang terletak di daerah Teritip yang cukup luas yang sudah menjadi tempat penelitian siswa SD, SMP, SMA dan para mahasiswa. Bukan hanya tempat belajar atau penelitian tetapi juga menjadi tempat wisata dan rekreasi karena dilengkapi dengan sarana dan prasaran termasuk ada aula tempat berkumpul para pengunjung. Bapak Surata berkeinginan agar pohon-pohon ini tetap dilestarikan Karena sangat besar manfaatnya dalam kehidupan. Gagasan ini disosialisasikan di sekolah-sekolah tempat binaan beliau termasuk di   SDN.029 Karang Joang Balikpapan Utara. Sekolah yang pertama kali menjadi ajang terciptanya RTH ini adalah di SDN.016 ini. Pohon yang ditanam di RTH ini adalah sumbangan dari bapak Surata sampai pohon dengan jenis yang berbeda dengan maksud bukan hanya di tanam di SDN.016 tetapi ditanam  juga di sekolah lain.  Pada saat penanaman pohon-pohon ini diadakan acara ceremonial yang dihadiri oleh Bapak Walikota Bapak Rizal Efendi dan pejabat-pejabat lainnya bahkan bapak walikota sendiri yang menanam langsung pohon di RTH SDN.016 ini.
Bapak Surata berharap agar RTH ini akan muncul di sekolah lain karena RTH ini sangat besar fungsi dan manfaatnya dalam kehidupan di sekolah.
Adapun kegunaan pohon-pohon tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai paru-paru dunia
2.      Untuk menjadi Pilter dari polusi udara
3.      Tempat bernaung belajar siswa-siswi di luar ruangan
4.      Sebagai media pembelajaran secara langsung bagi siswa-siswai
5.      Untuk menghijaukan lingkungan sekolah
Demikian cerita singkat tentang RTH, kalau ingin mengetahui lebih lanjut silahkan dibuka email PRINGGONGDANI.                                                                      

                                                                                               Penulis
                                                                       Martan, S.Pd


Minggu, 13 Maret 2016

PENDIDIKAN DAN SETUMPUK ASA KEMANUSIAAN

Sebuah landasan Ontologis

Pendidikan bagi manusia jika ditarik dalam terminologi Filsafat adalah syarat untuk menjadi (becoming) setelah dengan seluruh potensi epistemiknya ia mengada (being). Ia merupakan hal fithrawi yang tidak dapat dilepaskan dari kedirian manusia. Dalam Al-quran digambarkan bahwa kemuliaan manusia melebihi makhluk lain adalah karena potensi epistemik (mengetahui) yang dimilikinya (QS. 2:31). Kelebihan itulah yang menyebabkan Allah memilih manusia untuk menjadi khalifah-Nya di bumi (QS. 2:30). Dengan demikian proses menjalani kehidupan di dunia bagi manusia adalah sebuah perjalanan aktualisasi potensi epistemik yang dimiliki atau dengan kata lain kehidupan manusia adalah proses pendidikan. Keberhasilan manusia menjadi khalifah tercapai ketika ia berhasil dalam proses pendidikannnya secara paripurna. Ketika itulah manusia mencapai sosok manusia sempurna (insan kamil).
Dengan pengertian diatas maka pada hakekatnya pendidikan itu adalah sesuatu yang integral, padu dan utuh serta tidak partikular, tidak parsial dan tidak terfragmentasi. Hal tersebut seharusnya menjadi landasan ontologis dalam menyusun konbsepsi tentang sistem pendidikan dan menjadi inspirasi perumusannya sampai pada tingkat yang praksis.
Secara ontologis dalam diri manusia terdapat tiga fakultas epistemik yaitu akal, hati dan indra (QS. 16:78). Ketiga fakultas ini harus mendapat porsi yang sama dan seimbang dalam aktualisasinya dantidak terjadi fragmentasi sebagaimana yang telah digambarkan diatas. Kesalahan landasan ontologis akan mengakibatkan lahirnya output sistem pendidikan yang memiliki kesadaran diri parsial dan mengalami keterbelahan jiwa (Split Personality). Kesalahan dalam meletakkan landasan ontologis inilah yang menyebabkan terjadinya persoalan-persoalan yang kompleks menyangkut output dari sekolah sebagai lembaga yang dipercayakan untuk memproduk manusia-manusia yang berpendidikan. Landasan ontologis yang menganggap manusia adalah makhluk materil menyebabkan sekolah hanya berfungsi sebagai instrumen untuk eksplorasi optimal fakultas akal dan indra manusia saja. Sehingga dengan demikian yang menjadi target dari sekolah hanyalah untuk mendapatkan kecerdasan inteligensi atau Inteligensi Quotient (IQ).
Sekolah tidak memenuhi standar moralitas yang didambakan oleh kemanusiaan Karena hanya bertumpu pada IQ saja sehingga. Sekolah kemudian hanya melahirkan orang-orang cerdas namun amoral. Sejarah mencatat bahwa Hitler yang membantai jutaan bangsa Yahudi lahir dari sekolah, Slobodan Milosevic yang membantai jutaan bangsa muslim Kroasia dan Bosnia lahir dari sekolah, Mussolini pemimpin fasis Italia lahir dari sekolah , Lenin diktator Sovyet yang membantai jutaan rakyatnya dan mengirim jutaan lainnya ke kamp-kamp kerja paksa Siberia juga lahir dari sekolah serta masih banyak lagi manusia-manusia cerdas cetakan sekolah yang malah mendatangkan petaka bagi kemanusiaan. Untuk kasus Indonesia, sekolah telah melahirkan koruptor seperti Beddu Amang, Akbar Tanjung dan lain-lain. Tidak heran kemudian banyak orang yang bersikap skeptis terhadap sekolah dan menganggap sekolah tidak dapat lagi dipercaya sebagai institusi untuk membentuk sosok manusia yang utuh. Roem Topatimasang misalnya dalam bukunya Sekolah Adalah Candu menggambarkan bahwa sekolah telah menjadi mitos yang membius dan menghipnotis manusia dengan sebuah bayangan masa depan indah yang sesungguhnya hanyalah sebuah proses pembodohan. Apalagi sekolah telahj menjadi tunggangan kepentingag ideologi kapitalisme yang menindas melalui manipulasi kesadaran manusia seperti yang digambarkan oleh Paulo freire dalam Sekolah Kapitalisme Yang Licik. Everest Reimer juga menggambarkan bahwa peran sekolah untuk mencetak manusia yang berkualitas sesungguhnya hanyalah sebuah bualan dalam bukunya Matinya Sekolah. Makanya Ivan Illich  malah menyarankan untuk  Keluar Dari Sekolah !
Contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa proses pendidikan yang bersandar pada target IQ an-sich tidak memenuhi standar kualiats kemanusiaan. Danah Zohar dan D. Goleman kemudian menawarkan bentuk kecerdasan baru yang dinamakan kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ). EQ ini berusaha menjawab ketimpangan IQ dengan memfungsikan hati sebagai salah satu fakultas epistemik yang berperan penting dalam mengontrol dan mengendalikan emosi pada diri manusia. Danah Zohar dan D. Goleman   kemudian melengkapi tawarannya dengan kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) yang kemudian oleh Ary Ginanjar Agustian disintesakan menjadi Emotional Spiritual Quotient (ESQ). Menurut Ary Ginanjar Agustian (ESQ, 2001), jika EQ menekankan sikap empati dan simpatik dalam hubungan antar manusia untuk meraih kerja dan hidup sukses secara material, maka ESQ memberi pijakan spiritualitas sebagai dasar dan kunci meraih sukses dan bahagia tidak hanya secara material tapi juga spiritual dengan mempererat keharmonisan spiritual ke hadirat Allah.
Robert K. Cooper mengatakan (sebagaimana dikutip Ary G. A. dalam ESQ) bahwa hati bekerja mengaktifkan nilai-nilai kita yang paling dalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati mengetahui hal-hal yang tidak/dapat diketahui oleh pikiran. Hati adalah sumber keberanian dan semangat integritas dan komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita belajar, menciptakan kerjasama, memimpin dan melayani. Dengan ESQ manusia bisa melakukan pengendalian diri (Self Awareness) dalam segala tindakannya dengan berpijak pada sebuah nilai yang bernuansa spiritual dan bersifat transenden.
Jika institusi pendidikan mampu mengadopsi secara integral ketiga model pembentukan dan pengembangan diri (IQ, EQ, SQ/ESQ) maka pendidikan tidak lagi hanya berfungsi untuk pemindahan pengetahuan (Transfer of Knowledge) saja, tetapi ada sebuah proses pembentukan nilai/moralitas (Transformation of Value). Dengan demikian maka institusi pendidikan akan terhindar dari pencetakan manusia-manusia cerdas dengan pribadi yang terpecah (Split Personality) yang amoral.

Menengok Wajah  Pendidikan kita
Supriyoko, pengamat dan praktisi pendidikan dalam sebuah artikelnya di Kompas mengatakan bahwa kinerja pendidikan nasional beberapa tahun terakhir bisa disimpulkan dengan tiga kata; rendah, jelek dan (karena itu) memprihatinkan. Boleh jadi pendapat itu benar. Dunia pendidikan nasional kita bukan saja gagal menorehkan catatan (apalagi dengan tinta emas)apa pun yang pantas dibanggakan, sekaligus memikul citra buruk yang menjadi label memalukan bagi Indonesia dalam pergaulan internasional.
Beberapa catatan tentang kondisi output pendidikan kita yang memprihatinkan antara lain:
-                peringkat indeks pembangunan manusia Indonesia hanya di posisi 109 dari 174 negara anggota PBB (Laporan UNDP tentang Human Development Index/HDI, dipublikasikan tahun 2000)
-                Jika pada tahun 1997 World Competiveness Yearbook menempatkan SDM Indonesia pada urutan ke-39 maka menjelang akhir abad XX posisi Indonesia berada di urutan ke-46 dari 47 negara. Sementara dalam hal penyediaan tenaga insinyur, survey yang dilakukan Institute For Management Development menempatkan Indonesia di urutan ke-44 dari 47 negara (Dikutip dari laporan Kompas, Desember 2001).
-                Dalam peringkat tahunan universiats bermutu di kawasan Asia, Australia dan Selandia Baru, di antara 77 PT terbaik multi disiplin di kawasan ini, sejumlah universitas di Indonesia cuma bercokol di “papan bawah”. UI yang selama ini dianggap paling bergengsi hanya di posisi ke-61, diikuti UGM di urutan ke-68, UNDIP di urutan ke-73 dan UNAIR di urutan ke-75. Sementara untuk bidang sains dan teknologi, ITB hanya mampu menduduki peringkat ke-21 dari 39 PT sains dan teknologi yang masuk kategori bermutu ( Kompas, Desember 2001)
Jargon-jargon pendidikan tentang pengembangan SDM yang digulirkan sejak tahun 1980 begitupun pada era reformasi masih sebatas wacana. Tidak ada perubahan yang cukup substansial, misalnya kebijakan pemerintah menaikkan anggaran pendidikan secara signifikan. Sejak tahun anggaran 1982/1983 alokiasi anggaran untuk sektor pendidikan terus menurun. Tahun anggaran 2000, sektor pendidikan hanya mendapatkan 3,8 % dari total APBN dan tahun 2001 hanya naik sedikit (kurang dari 1 %) menjadi 4,4 % dari total APBN. Bandingkan dengan Malaysia yang sejak tahun 1976 anggaran pendidikannya 20-25 % dari total anggaran belanja negaranya !
Meski alokasi anggaran bukan satu-satunya ukuran, tetapi dengan anggaran yang sebegitu kecil tidak ada yang bisa dilakukan untuk menggerakkan semua lini dari aspek pendidikan agar ke depan terjadi perubahan substansial pada SDM anak-anak bangsa. Nampaknya pemerintah masih memandang pendidikan di negeri ini sebagai “warga” kelas dua. Jangankan mencetak manusia-manusia handal untuk persaingan global, untuk membenahi ruang-ruang belajar yang layak pun kita masih harus menempuh kebijakan tambal sulam. Meski selalu menyuarakan bahwa pendidikan adalah kunci peningkatan SDM tetapi ketika sampai pada tataran kebijakan dan tindakan semua seperti hilang tak berbekas. Pandangan pragmatis jangka pendek yang terpusat pada aspek material selalu dikedepankan, mengalahkan kepentingan yang lebih besar berupa penanaman pondasi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di Indonesia pendidikan bukan saja tidak diperhitungkan sebagai modal ekonomi untuk jangka panjang tetapi juga tidak dikembangkan sebagaiu basis bagi modal sosial. Padahal kedua aspek tersebut akan berperan dalam menata masyarakat Indonesia -yang teralienasi dalam masa transisi dan kritis seperti sekarang- menjadi manusia mandiri dan kritis.
Menjelang pergantian abad  kemarin, Indonesia dilanda keterpurukan ekonomi yang disusul dengan krisis multidimensi. Di tengah-tengah kondisi ekonomi morat-marit dan tata kehidupan politik yang amburadul, tatanan budaya, nilai-nilai moral dan penghargaan terhadap kemanusiaan pun mengalami kemerosotan. Keteladanan makin menipis sementara di sisi lain kekerasan dan semangat untuk saling menegasikan semakin terangkat ke permukaan. Patut kita bertanya: apakah betul –kita sebagai bangsa- selama ini telah mendapatkan pendidikan dalam arti kata yang sebenarnya ? Kalau betul kenapa hanya karena sebuah krisis lantas nilai-nilai hidup berbangsa yang diajarkan untuk dijunjung tinggi tiba-tiba rontok ? Tidak ada lagi sisa-sisa yang yang menunjukkan bahwa kita pernah menjadi  bangsa yang berbudaya luhur ! Lantas apa kontribusi pendidikan ?
Pendidikan yang selama ini dijalankan sebagai persekolahan ternyata tidak dapat memberikan solusi apapun. Pendidikan tidak dapat menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang bermutu, khususnya untuk menghadapi tantangan kehidupan dengan jiwa besar. Pendidikan juga tidak berhasil memberdayakan bangsa ini untuk menghormati perbedaan dan memecahkan pertikaian secara beradab.
Sudah saatnya untuk meretas jalan buntu dan menempuh jalan baru pendidikan kita dengan tekad untuk berubah secara mendasar dalam banyak hal tidak hanya pada pemerintah melainkan juga pada masyarakat luas. Paradigma pendidikan yang selama ini dianut dan sudah “keropos” harus dirubah. Pendidikan yang didasarkan pada paradigma lama berupa penekanan pada pelestarian nilai-nilai masa lalu jelas tidak bisa diandalkan untuk membangun masa depan. Yang dibutuhkan adalah suatu sistem pendidikan yang berorientasi pada perintisan nilai-nilai baru (revolusi nalar ?). iklim birokratis yang selama ini sangat kental dalam praksis pendidikan kita juga harus digeser ke suasana yang lebih longgar sehingga birokrasi yang ada lebih difungsikan untuk memperlancar aliran tata kerja dan bukan justru berperan sebagai penghambat.
Selain itu visi pendidikan nasional juga perlu dirumuskan ulang sehingga benar-benar visioner dalam perspektif masa depan yang sesungguhnya. Bukan seperti selama ini nampak seolah-olah visioner padahal sebenarnya feodal yang isi dan pelaksanaannya serba seragam dan monolitik. Semua tentu berpulang pada niat dan tekad yang sungguh-sungguh, khususnya dari para penentu kebijakan di negeri ini. Setelah berhadapan dengan berbagai kenyataan pahit masih adakah kesadaran pada kita semua untuk menempatkan pendidikan bukan sekedar sebagai atribut tetapi benar-benar menempatkan pendidikan sebagai investasi masa depan bangsa ?
Tetapi, dengan kesadaran bahwa investasi di bidang pendidikan ini membutuhkan pengorbanan satu generasi untuk bisa memetik buahnya –sementara mental penguasa di negeri ini masih saja dibaluti kepentingan-kepentingasn pragmatis jangka pendek- masih mungkinkah kita menitipkan harapan kepada mereka ?